Native Advertising: Pengertian, Jenis-jenis, Kelebihan, dan Kekurangannya

gambar dengan tulisan advertise

Native advertising merupakan salah satu jenis iklan yang bisa Anda terapkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebelum menerapkannya, Anda perlu memahami terlebih dahulu konsep iklan yang satu ini. 

Tak hanya itu, Anda juga perlu mengetahui apa saja jenis-jenis dan kelebihannya untuk perkembangan bisnis. Simak selengkapnya di bawah ini, ya!

Apa Itu Native Advertising?

Sebelum mengulas tentang apa itu native advertising, Anda tentu sudah mengetahui jenis iklan yang sering dipasang seperti banner dan pop-up. Kedua jenis iklan tersebut memang sering ditemukan di berbagai platform, terutama website. Penggunaannya pun dipilih karena dapat mempromosikan produk atau layanan yang sedang ditawarkan oleh brand dan perusahaan. 

Namun pada praktiknya, tak jarang jenis-jenis iklan tersebut mengganggu pengalaman pengguna. Banyak orang yang merasa terganggu ketika mendapati iklan banner atau pop-up pada sebuah platform. Kalau sudah begitu, tujuan promosi Anda bisa jadi malah tidak tercapai.

Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa menggunakan native advertising atau iklan native. Lalu, apa itu native advertising? 

Native advertising adalah jenis iklan yang tampilannya dapat mengikuti platform penempatannya. Native ads memiliki tampilan yang natural dan menyerupai format dari platform yang dipasang iklan tersebut. 

Format ini mencakup desain, tata letak, font, gambar atau video, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat iklan Anda seolah-olah menjadi bagian dari konten dari platform tersebut. Dengan begitu, audiens tidak akan merasa terganggu dengan bentuk promosi yang berlebihan dan dapat membuat pengalaman konsumen jadi kurang baik. 

Bahkan tidak menutup kemungkinan jika audiens tak menyadari bahwa yang mereka lihat adalah iklan atau promosi produk.

Jadi, iklan Anda tidak akan segera ditutup oleh audiens atau bahkan audiens keluar dari halaman tersebut. Ini akan membantu performa iklan menjadi lebih baik dan meningkatkan konversi. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan tujuan promosi yang diharapkan dan hasil kegiatan pemasaran yang lebih efektif.

Salah satu contoh iklan native adalah ketika Anda sedang berselancar di salah satu platform media sosial dan melihat ada postingan dengan tulisan bersponsor. Jika hanya dilihat sekilas, Anda mungkin tidak terlalu menyadari kalau itu adalah konten promosi. Kalau pun menyadari, biasanya audiens tidak terlalu terganggu dengan iklan tersebut.

Mengapa Native Advertising Penting untuk Bisnis?

Setelah memahami apa itu iklan native, Anda tentu ingin mengetahui apa pentingnya bagi bisnis. Dilansir dari DailySocial, iklan native merupakan iklan yang user-friendly dan tidak mengganggu pengalaman pengguna di internet. Hal ini yang menjadi salah satu dasar mengapa penggunaan iklan ini penting untuk pengembangan bisnis Anda.

Iklan adalah salah satu alat promosi yang sering digunakan dan dinilai efektif untuk mencapai tujuan bisnis. Sebagai pebisnis, tentunya Anda ingin iklan yang dibuat dapat menjangkau audiens dengan baik. Tak hanya itu, iklan juga diharapkan dapat menghasilkan tindakan yang diinginkan seperti konversi atau pembelian.

Agar tujuan dapat tercapai, tentunya Anda perlu memastikan iklan dilihat dan bisa menarik audiens. Namun pada praktiknya, banyak orang merasa terganggu dengan keberadaan iklan. Terlebih lagi jika iklan tersebut menutupi halaman yang sedang mereka lihat, seperti iklan banner atau pop-up yang mengganggu.

Kalau sudah begitu, iklan Anda tidak akan diperhatikan dengan baik oleh audiens. Jangankan mendapat hasil yang menguntungkan, iklan Anda mungkin akan segera ditutup dan diabaikan. Oleh karena itu, penggunaan native advertising dianggap dapat menjadi jawaban atas permasalahan tersebut.

Iklan native memiliki bentuk dan format yang menyerupai konten asli pada platform yang Anda pilih. Iklan dapat menjadi kamuflase sebagai konten atau postingan organik yang ada pada platform tersebut, sehingga orang tidak lantas menghindarinya. Hal ini membuat iklan Anda akan lebih diperhatikan, bahkan mendatangkan konversi yang menguntungkan.

Tak hanya itu, bentuk dan formatnya yang menyerupai konten lain juga bisa membuat orang tidak sadar kalau itu ternyata iklan. Sebagian besar orang tidak suka melihat iklan, apalagi mengkliknya untuk mengetahui informasi lengkap. Iklan native akan menyampaikan promosi dengan sifat yang lebih soft selling, tidak langsung menjual yang malah akan membuat orang malas duluan.

Dengan menerapkan iklan native, audiens akan menganggapnya sebagai bagian dari konten. Hal ini akan membuat audiens lebih tertarik pada iklan yang dipasang dan mempengaruhi performa iklan secara keseluruhan. Jika kinerja iklan efektif, maka tujuan bisnis pun bisa Anda dapatkan dengan lebih maksimal.

Jenis-jenis Native Advertising

Setelah mengetahui pentingnya native advertising, selanjutnya Anda perlu memahami bahwa ada banyak jenis dari iklan yang satu ini. Iklan native memiliki 6 jenis yang harus Anda ketahui, yaitu sebagai berikut.

1. In-feed Unit

Jika di bagian sebelumnya kita sudah mengulas salah satu contoh native advertising berupa postingan bersponsor, itulah jenis yang pertama. Iklan native tersebut dikenal juga sebagai in-feed units, yaitu konten bersponsor yang diletakkan berdampingan dengan konten lainnya pada platform digital.

In-feed units dapat Anda temui di beberapa platform, seperti landing page atau halaman media sosial. Iklan native jenis ini biasanya mencantumkan keterangan postingan bersponsor atau disponsori. Karena format, desain, dan elemen lainnya mirip dengan postingan non-sponsor, iklan ini terlihat lebih natural serta tidak mengganggu.

2. In-ad with Native Elements

Jenis yang selanjutnya adalah in-ad with native elements, yaitu iklan yang muncul dalam konten atau postingan. Biasanya iklan jenis ini muncul di halaman website pada konten berbentuk artikel. Bentuknya seperti iklan pada umumnya, namun masih relevan dengan konten yang ada pada web tersebut.

Misalnya iklan motor akan muncul pada artikel yang berisi review motor keluaran terbaru dan situs-situs otomotif. Atau ketika Anda sedang membaca artikel berjudul “5 Destinasi Wisata Terbaik 2023”, iklan yang muncul berupa promosi Tour & Travel.

3. Promoted Listings

Jika Anda sering mengunjungi e-commerce, Anda pasti pernah melihat jenis iklan native yang satu ini. Promoted listings adalah iklan produk yang dipromosikan pada bagian atas saat melakukan pencarian di situs belanja atau e-commerce.

Menemukan jenis iklan yang satu ini cukup mudah. Anda hanya perlu melihat iklan produk yang ditayangkan dengan tulisan “Ads”, “Iklan”, atau “Bersponsor”. Biasanya produk yang dipromosikan ini ada di bagian paling atas, namun tidak menutup kemungkinan juga ada di antara produk lain saat sedang scroll ke bawah.

4. Paid Search Ads

Jenis iklan native yang selanjutnya adalah paid search ads, yaitu iklan di mesin penelusuran. Ketika Anda mengetikkan kata atau kalimat di kolom mesin pencari, iklan ini akan muncul di hasil penelusuran. Biasanya paid search ads muncul di bagian paling atas hasil pencarian, dan terdapat tag “Ads”, “Sponsored”, atau “Iklan”.

Jika dilihat sekilas, iklan ini mirip dengan hasil pencarian organik yang muncul saat Anda mengetikkan sesuatu di mesin pencari. Dengan begitu, kemungkinan orang untuk mengklik iklan paid search tersebut pun semakin besar.

5. Content Recommendation Engine Widgets

Selanjutnya adalah content recommendation engine widgets, yaitu iklan native yang berbentuk rekomendasi konten serupa. Biasanya iklan ini ditemukan pada konten artikel pada bagian akhir, menunjukkan rekomendasi yang bisa Anda baca selanjutnya.

Beberapa copy yang sering digunakan pada jenis iklan ini adalah “Anda juga mungkin suka…”, “Direkomendasikan untuk Anda…”, atau “Baca juga…”. Bentuknya mirip dengan judul artikel dengan bahasan yang sesuai dengan konten yang sudah audiens baca.

Meskipun mirip dengan judul artikel, rekomendasi konten tersebut tidak akan mengarah pada konten artikel baru. Ketika rekomendasi konten itu diklik, audiens akan diarahkan pada halaman iklan atau promosi selengkapnya. Berbeda dengan konten artikel yang akan mengarah pada artikel selanjutnya ketika audiens mengkliknya.

6. Custom Ad

Jenis iklan native yang terakhir adalah custom ad, yaitu iklan yang bisa dikostumisasi sesuai dengan platform. Iklan yang satu ini biasanya muncul di platform yang cukup unik, misalnya di aplikasi tertentu.

Misalnya Anda sedang mendengarkan podcast tentang traveling, lalu muncul iklan promo pesawat atau kereta. Sesuai dengan namanya, Anda bisa membuat dan menempatkan iklan yang sesuai dengan konten agar lebih menarik audiens.

Kelebihan Native Advertising

Penggunaan native advertising memang kerap menjadi pilihan oleh para pebisnis dalam mengembangkan usahanya. Iklan yang satu ini memiliki berbagai kelebihan yang membuatnya unggul dibanding bentuk iklan lainnya.

Berikut beberapa kelebihan native advertising yang perlu Anda ketahui untuk bisnis.

1. Bentuk Iklan Fleksibel dan Natural

Kelebihan iklan native yang pertama adalah bentuknya yang fleksibel dan natural. Iklan native mudah untuk dibuat dan ditempatkan sesuai dengan platform. Tak hanya itu, bentuknya yang fleksibel juga memudahkan Anda untuk menyesuaikan dengan target audience.

Sedangkan bentuk iklan native yang natural membuatnya lebih mudah diterima oleh audiens. Jika iklan terlalu mengganggu user experience, audiens malah akan merasa kesal dan tidak tertarik. Berbeda dengan iklan yang natural dan menyerupai konten organik, dimana audiens tidak akan terganggu.

2. Performa Iklan Lebih Baik

Karena bentuk iklan yang menyerupai konten asli, audiens dapat melihatnya sebagai bagian dari platform. Biasanya audiens tidak akan terlalu tertarik kalau tahu itu adalah iklan atau konten promosi. Namun jika konten organik atau iklan yang menyerupai konten tersebut, maka audiens akan lebih tertarik melihatnya.

Hal ini tentunya berpengaruh kepada performa iklan, misalnya jumlah impression atau konversi dari iklan tersebut. Jika audiens tertarik pada konten iklan tersebut, maka besar kemungkinan terbangun interaksi yang positif.

3. Lebih Efektif dalam Menarik Audiens

Kelebihan terakhir yang tak kalah pentingnya dari penerapan iklan native adalah dapat lebih efektif dalam menarik audiens. Selain karena bentuk yang natural, native advertising tidak mengganggu audiens.

Audiens tidak perlu memblok konten iklan yang menutupi isi halaman atau bahkan berpindah ke halaman lain. Karena tidak mengganggu, audiens akan lebih tertarik terhadap isi iklan yang Anda pasang. Tentu saja, Anda juga perlu membuat iklan yang menarik baik dari segi desain maupun copy yang digunakan. 

Penerapan iklan native saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan strategi kreatif untuk mencapai tujuan promosi.

Kekurangan Native Ads

Selain kelebihan, native advertising juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu Anda perhatikan. Berikut kekurangan native advertising yang mungkin Anda temui secara umum.

1. Tidak Terlihat Seperti Iklan

Kemiripan native ads dengan konten organik tidak hanya memberikan keunggulan, namun bisa menjadi kekurangan. Audiens mungkin tidak akan menyadari kalau konten tersebut adalah iklan sehingga dapat bersifat mengecoh. Hal ini dapat mengurangi kesadaran merek dan keinginan untuk berinteraksi lebih lanjut dengan konten iklan.

Kemiripan dengan konten organik juga membuat native ads terkadang dikira sebagai penipuan oleh audiens. Hal ini tentunya akan mengurangi kepercayaan konsumen dan mempengaruhi reputasi merek Anda. 

Anda perlu menyeimbangkan antara penyelarasan dengan konten asli serta memastikan bahwa iklan tetap menciptakan kesadaran dan keterlibatan yang diinginkan.

2. Hasil Sulit Terukur

Kekurangan dari native ads yang selanjutnya adalah hasil yang sulit terukur dengan jelas. Native ads diintegrasikan ke dalam konten asli, membuatnya sulit untuk memisahkan pengaruh iklan dari perilaku pengguna yang mungkin sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat menyulitkan pengukuran langsung dampak iklan terhadap tindakan pengguna.

Selain itu, tingkat keterlibatan pengguna pada native ads tidak selalu dapat diukur dengan mudah. Karena iklan ini berusaha untuk menyatu dengan konten organik, metrik keterlibatan mungkin tidak mencerminkan secara akurat seberapa banyak pengguna berinteraksi dengan iklan.

Kesulitan pengukuran juga terlihat dari tidak adanya konsistensi dalam metrik pengukuran kinerja native ads di berbagai platform. Setiap platform mungkin memiliki metode pengukuran yang berbeda, membuatnya sulit untuk membandingkan hasil kampanye secara lintas platform.

3. Butuh Usaha dan Kreativitas Lebih

Proses pembuatan native ads memerlukan investasi usaha dan kreativitas yang lebih tinggi daripada iklan konvensional. Karena native ads harus menyatu dengan konten asli, Anda perlu lebih berusaha untuk membuat iklan yang relevan, menarik, sekaligus sesuai dengan gaya konten platform yang digunakan. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi dan waktu yang dibutuhkan untuk meluncurkan kampanye iklan.

Penting untuk memahami bahwa meskipun kreativitas tinggi dapat menghasilkan iklan yang efektif, tidak semua perusahaan memiliki sumber daya atau tim kreatif yang memadai. Kekurangan ini dapat menjadi hambatan, terutama untuk bisnis kecil atau pemula dalam pemasaran digital. 

Contoh Penerapan Native Ads

Banyak brand-brand saat ini memilih native advertising sebagai strategi digital marketing mereka. Bahkan dilansir dari StickEarn, banyak brand mengalokasikan 20-30% anggaran marketing mereka untuk menerapkan native ads.

Ada lima brand yang paling banyak menggunakan strategi native ads di Indonesia. Brand tersebut adalah Nissan, English First, Blibli, dan Sale Stock. Berikut contoh penerapan native ads dari keempat brand tersebut.

1. Nissan

Nissan menjadi salah satu brand yang banyak menerapkan native ads dalam strategi marketing digitalnya. Dalam penerapannya, Nissan sering berkolaborasi bersama influencer otomotif dan lifestyle untuk membuat konten yang menghibur dan informatif, sehingga tidak terlihat seperti iklan.

Misalnya, influencer yang bekerjasama dengan Nissan membuat konten tentang vlog perjalanan atau tips berkendara menggunakan mobil Nissan.

2. English First

English First merupakan brand lembaga kursus bahasa Inggris yang banyak diminati di Indonesia. Brand ini juga banyak menggunakan strategi digital marketing native ads untuk mengembangkan bisnisnya. 

Salah satu contoh native ads yang sering digunakan English First adalah menerbitkan artikel edukatif tentang materi bahasa Inggris dan tips-tips untuk meningkatkan bahasa Inggris. 

Di akhir artikel biasanya mereka menyisipkan link yang mengarahkan pembaca untuk berkonsultasi dalam meningkatkan skill bahasa Inggris dengan mereka.

3. Blibli

Siapa yang tak tahu Blibli? Platform e-commerce satu ini banyak dikenal berkat strategi native ads yang dijalankannya. Salah satu penerapan native ads yang dilakukan brand satu ini adalah dengan melakukan in-feed ads. 

Blibli banyak memasang iklan di situs web lain yang relevan dengan produk yang dijual di platform mereka. Misalnya, pemasangan iklan produk elektronik yang disisipkan dalam halaman artikel yang membahas tentang elektronik.

4. Sorabel

Selain Blibli, Sorabel juga banyak menggunakan native ads dalam strategi marketing digitalnya. Dalam penerapannya, Brand yang dulunya bernama Sale Stock ini sering mengadakan quizzes and polls, seperti membuat kuis untuk membantu pelanggan menemukan gaya fashion yang sesuai dengan mereka.

Kuis ini tanpa sadar sebenarnya merupakan iklan, karena menyisipkan foto produk-produk yang dijual di platform mereka. 

Optimalkan Native Ads dengan Strategi yang Jitu

Berdasarkan artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi native ads merupakan strategi marketing yang ampuh untuk mengembangkan bisnis Anda. Agar native advertising lebih efektif, pastikan Anda menggunakan strategi digital serta konsep iklan yang kreatif. 

Percayakan penerapan strategi digital untuk iklan yang tepat bersama tim profesional di agensi digital BigEvo. BigEvo Digital Agency berpengalaman dalam penerapan iklan digital yang efektif untuk mengembangkan bisnis.

Selain Digital Ads, Anda juga bisa menggunakan berbagai strategi digital lainnya untuk memaksimalkan kampanye pemasaran. Seperti Programmatic Ads, Social Media Management, KOL Marketing, Digital & Community Activation, Live Streaming, dan masih banyak lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera hubungi tim profesional kami di email team@bigevo.com dan diskusikan kebutuhan Anda akan native advertising serta layanan digital lainnya. Temukan strategi digital yang jitu untuk kebutuhan dan target-target bisnis Anda bersama BigEvo. BigEvo, your trusted digital agency.

Native advertising merupakan salah satu jenis iklan yang bisa Anda terapkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebelum menerapkannya, Anda perlu memahami terlebih dahulu konsep iklan yang satu ini. 

Tak hanya itu, Anda juga perlu mengetahui apa saja jenis-jenis dan kelebihannya untuk perkembangan bisnis. Simak selengkapnya di bawah ini, ya!

Apa Itu Native Advertising?

Sebelum mengulas tentang apa itu native advertising, Anda tentu sudah mengetahui jenis iklan yang sering dipasang seperti banner dan pop-up. Kedua jenis iklan tersebut memang sering ditemukan di berbagai platform, terutama website. Penggunaannya pun dipilih karena dapat mempromosikan produk atau layanan yang sedang ditawarkan oleh brand dan perusahaan. 

Namun pada praktiknya, tak jarang jenis-jenis iklan tersebut mengganggu pengalaman pengguna. Banyak orang yang merasa terganggu ketika mendapati iklan banner atau pop-up pada sebuah platform. Kalau sudah begitu, tujuan promosi Anda bisa jadi malah tidak tercapai.

Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa menggunakan native advertising atau iklan native. Lalu, apa itu native advertising? 

Native advertising adalah jenis iklan yang tampilannya dapat mengikuti platform penempatannya. Native ads memiliki tampilan yang natural dan menyerupai format dari platform yang dipasang iklan tersebut. 

Format ini mencakup desain, tata letak, font, gambar atau video, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat iklan Anda seolah-olah menjadi bagian dari konten dari platform tersebut. Dengan begitu, audiens tidak akan merasa terganggu dengan bentuk promosi yang berlebihan dan dapat membuat pengalaman konsumen jadi kurang baik. 

Bahkan tidak menutup kemungkinan jika audiens tak menyadari bahwa yang mereka lihat adalah iklan atau promosi produk.

Jadi, iklan Anda tidak akan segera ditutup oleh audiens atau bahkan audiens keluar dari halaman tersebut. Ini akan membantu performa iklan menjadi lebih baik dan meningkatkan konversi. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan tujuan promosi yang diharapkan dan hasil kegiatan pemasaran yang lebih efektif.

Salah satu contoh iklan native adalah ketika Anda sedang berselancar di salah satu platform media sosial dan melihat ada postingan dengan tulisan bersponsor. Jika hanya dilihat sekilas, Anda mungkin tidak terlalu menyadari kalau itu adalah konten promosi. Kalau pun menyadari, biasanya audiens tidak terlalu terganggu dengan iklan tersebut.

Mengapa Native Advertising Penting untuk Bisnis?

Setelah memahami apa itu iklan native, Anda tentu ingin mengetahui apa pentingnya bagi bisnis. Dilansir dari DailySocial, iklan native merupakan iklan yang user-friendly dan tidak mengganggu pengalaman pengguna di internet. Hal ini yang menjadi salah satu dasar mengapa penggunaan iklan ini penting untuk pengembangan bisnis Anda.

Iklan adalah salah satu alat promosi yang sering digunakan dan dinilai efektif untuk mencapai tujuan bisnis. Sebagai pebisnis, tentunya Anda ingin iklan yang dibuat dapat menjangkau audiens dengan baik. Tak hanya itu, iklan juga diharapkan dapat menghasilkan tindakan yang diinginkan seperti konversi atau pembelian.

Agar tujuan dapat tercapai, tentunya Anda perlu memastikan iklan dilihat dan bisa menarik audiens. Namun pada praktiknya, banyak orang merasa terganggu dengan keberadaan iklan. Terlebih lagi jika iklan tersebut menutupi halaman yang sedang mereka lihat, seperti iklan banner atau pop-up yang mengganggu.

Kalau sudah begitu, iklan Anda tidak akan diperhatikan dengan baik oleh audiens. Jangankan mendapat hasil yang menguntungkan, iklan Anda mungkin akan segera ditutup dan diabaikan. Oleh karena itu, penggunaan native advertising dianggap dapat menjadi jawaban atas permasalahan tersebut.

Iklan native memiliki bentuk dan format yang menyerupai konten asli pada platform yang Anda pilih. Iklan dapat menjadi kamuflase sebagai konten atau postingan organik yang ada pada platform tersebut, sehingga orang tidak lantas menghindarinya. Hal ini membuat iklan Anda akan lebih diperhatikan, bahkan mendatangkan konversi yang menguntungkan.

Tak hanya itu, bentuk dan formatnya yang menyerupai konten lain juga bisa membuat orang tidak sadar kalau itu ternyata iklan. Sebagian besar orang tidak suka melihat iklan, apalagi mengkliknya untuk mengetahui informasi lengkap. Iklan native akan menyampaikan promosi dengan sifat yang lebih soft selling, tidak langsung menjual yang malah akan membuat orang malas duluan.

Dengan menerapkan iklan native, audiens akan menganggapnya sebagai bagian dari konten. Hal ini akan membuat audiens lebih tertarik pada iklan yang dipasang dan mempengaruhi performa iklan secara keseluruhan. Jika kinerja iklan efektif, maka tujuan bisnis pun bisa Anda dapatkan dengan lebih maksimal.

Jenis-jenis Native Advertising

Setelah mengetahui pentingnya native advertising, selanjutnya Anda perlu memahami bahwa ada banyak jenis dari iklan yang satu ini. Iklan native memiliki 6 jenis yang harus Anda ketahui, yaitu sebagai berikut.

1. In-feed Unit

Jika di bagian sebelumnya kita sudah mengulas salah satu contoh native advertising berupa postingan bersponsor, itulah jenis yang pertama. Iklan native tersebut dikenal juga sebagai in-feed units, yaitu konten bersponsor yang diletakkan berdampingan dengan konten lainnya pada platform digital.

In-feed units dapat Anda temui di beberapa platform, seperti landing page atau halaman media sosial. Iklan native jenis ini biasanya mencantumkan keterangan postingan bersponsor atau disponsori. Karena format, desain, dan elemen lainnya mirip dengan postingan non-sponsor, iklan ini terlihat lebih natural serta tidak mengganggu.

2. In-ad with Native Elements

Jenis yang selanjutnya adalah in-ad with native elements, yaitu iklan yang muncul dalam konten atau postingan. Biasanya iklan jenis ini muncul di halaman website pada konten berbentuk artikel. Bentuknya seperti iklan pada umumnya, namun masih relevan dengan konten yang ada pada web tersebut.

Misalnya iklan motor akan muncul pada artikel yang berisi review motor keluaran terbaru dan situs-situs otomotif. Atau ketika Anda sedang membaca artikel berjudul “5 Destinasi Wisata Terbaik 2023”, iklan yang muncul berupa promosi Tour & Travel.

3. Promoted Listings

Jika Anda sering mengunjungi e-commerce, Anda pasti pernah melihat jenis iklan native yang satu ini. Promoted listings adalah iklan produk yang dipromosikan pada bagian atas saat melakukan pencarian di situs belanja atau e-commerce.

Menemukan jenis iklan yang satu ini cukup mudah. Anda hanya perlu melihat iklan produk yang ditayangkan dengan tulisan “Ads”, “Iklan”, atau “Bersponsor”. Biasanya produk yang dipromosikan ini ada di bagian paling atas, namun tidak menutup kemungkinan juga ada di antara produk lain saat sedang scroll ke bawah.

4. Paid Search Ads

Jenis iklan native yang selanjutnya adalah paid search ads, yaitu iklan di mesin penelusuran. Ketika Anda mengetikkan kata atau kalimat di kolom mesin pencari, iklan ini akan muncul di hasil penelusuran. Biasanya paid search ads muncul di bagian paling atas hasil pencarian, dan terdapat tag “Ads”, “Sponsored”, atau “Iklan”.

Jika dilihat sekilas, iklan ini mirip dengan hasil pencarian organik yang muncul saat Anda mengetikkan sesuatu di mesin pencari. Dengan begitu, kemungkinan orang untuk mengklik iklan paid search tersebut pun semakin besar.

5. Content Recommendation Engine Widgets

Selanjutnya adalah content recommendation engine widgets, yaitu iklan native yang berbentuk rekomendasi konten serupa. Biasanya iklan ini ditemukan pada konten artikel pada bagian akhir, menunjukkan rekomendasi yang bisa Anda baca selanjutnya.

Beberapa copy yang sering digunakan pada jenis iklan ini adalah “Anda juga mungkin suka…”, “Direkomendasikan untuk Anda…”, atau “Baca juga…”. Bentuknya mirip dengan judul artikel dengan bahasan yang sesuai dengan konten yang sudah audiens baca.

Meskipun mirip dengan judul artikel, rekomendasi konten tersebut tidak akan mengarah pada konten artikel baru. Ketika rekomendasi konten itu diklik, audiens akan diarahkan pada halaman iklan atau promosi selengkapnya. Berbeda dengan konten artikel yang akan mengarah pada artikel selanjutnya ketika audiens mengkliknya.

6. Custom Ad

Jenis iklan native yang terakhir adalah custom ad, yaitu iklan yang bisa dikostumisasi sesuai dengan platform. Iklan yang satu ini biasanya muncul di platform yang cukup unik, misalnya di aplikasi tertentu.

Misalnya Anda sedang mendengarkan podcast tentang traveling, lalu muncul iklan promo pesawat atau kereta. Sesuai dengan namanya, Anda bisa membuat dan menempatkan iklan yang sesuai dengan konten agar lebih menarik audiens.

Kelebihan Native Advertising

Penggunaan native advertising memang kerap menjadi pilihan oleh para pebisnis dalam mengembangkan usahanya. Iklan yang satu ini memiliki berbagai kelebihan yang membuatnya unggul dibanding bentuk iklan lainnya.

Berikut beberapa kelebihan native advertising yang perlu Anda ketahui untuk bisnis.

1. Bentuk Iklan Fleksibel dan Natural

Kelebihan iklan native yang pertama adalah bentuknya yang fleksibel dan natural. Iklan native mudah untuk dibuat dan ditempatkan sesuai dengan platform. Tak hanya itu, bentuknya yang fleksibel juga memudahkan Anda untuk menyesuaikan dengan target audience.

Sedangkan bentuk iklan native yang natural membuatnya lebih mudah diterima oleh audiens. Jika iklan terlalu mengganggu user experience, audiens malah akan merasa kesal dan tidak tertarik. Berbeda dengan iklan yang natural dan menyerupai konten organik, dimana audiens tidak akan terganggu.

2. Performa Iklan Lebih Baik

Karena bentuk iklan yang menyerupai konten asli, audiens dapat melihatnya sebagai bagian dari platform. Biasanya audiens tidak akan terlalu tertarik kalau tahu itu adalah iklan atau konten promosi. Namun jika konten organik atau iklan yang menyerupai konten tersebut, maka audiens akan lebih tertarik melihatnya.

Hal ini tentunya berpengaruh kepada performa iklan, misalnya jumlah impression atau konversi dari iklan tersebut. Jika audiens tertarik pada konten iklan tersebut, maka besar kemungkinan terbangun interaksi yang positif.

3. Lebih Efektif dalam Menarik Audiens

Kelebihan terakhir yang tak kalah pentingnya dari penerapan iklan native adalah dapat lebih efektif dalam menarik audiens. Selain karena bentuk yang natural, native advertising tidak mengganggu audiens.

Audiens tidak perlu memblok konten iklan yang menutupi isi halaman atau bahkan berpindah ke halaman lain. Karena tidak mengganggu, audiens akan lebih tertarik terhadap isi iklan yang Anda pasang. Tentu saja, Anda juga perlu membuat iklan yang menarik baik dari segi desain maupun copy yang digunakan. 

Penerapan iklan native saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan strategi kreatif untuk mencapai tujuan promosi.

Kekurangan Native Ads

Selain kelebihan, native advertising juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu Anda perhatikan. Berikut kekurangan native advertising yang mungkin Anda temui secara umum.

1. Tidak Terlihat Seperti Iklan

Kemiripan native ads dengan konten organik tidak hanya memberikan keunggulan, namun bisa menjadi kekurangan. Audiens mungkin tidak akan menyadari kalau konten tersebut adalah iklan sehingga dapat bersifat mengecoh. Hal ini dapat mengurangi kesadaran merek dan keinginan untuk berinteraksi lebih lanjut dengan konten iklan.

Kemiripan dengan konten organik juga membuat native ads terkadang dikira sebagai penipuan oleh audiens. Hal ini tentunya akan mengurangi kepercayaan konsumen dan mempengaruhi reputasi merek Anda. 

Anda perlu menyeimbangkan antara penyelarasan dengan konten asli serta memastikan bahwa iklan tetap menciptakan kesadaran dan keterlibatan yang diinginkan.

2. Hasil Sulit Terukur

Kekurangan dari native ads yang selanjutnya adalah hasil yang sulit terukur dengan jelas. Native ads diintegrasikan ke dalam konten asli, membuatnya sulit untuk memisahkan pengaruh iklan dari perilaku pengguna yang mungkin sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat menyulitkan pengukuran langsung dampak iklan terhadap tindakan pengguna.

Selain itu, tingkat keterlibatan pengguna pada native ads tidak selalu dapat diukur dengan mudah. Karena iklan ini berusaha untuk menyatu dengan konten organik, metrik keterlibatan mungkin tidak mencerminkan secara akurat seberapa banyak pengguna berinteraksi dengan iklan.

Kesulitan pengukuran juga terlihat dari tidak adanya konsistensi dalam metrik pengukuran kinerja native ads di berbagai platform. Setiap platform mungkin memiliki metode pengukuran yang berbeda, membuatnya sulit untuk membandingkan hasil kampanye secara lintas platform.

3. Butuh Usaha dan Kreativitas Lebih

Proses pembuatan native ads memerlukan investasi usaha dan kreativitas yang lebih tinggi daripada iklan konvensional. Karena native ads harus menyatu dengan konten asli, Anda perlu lebih berusaha untuk membuat iklan yang relevan, menarik, sekaligus sesuai dengan gaya konten platform yang digunakan. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi dan waktu yang dibutuhkan untuk meluncurkan kampanye iklan.

Penting untuk memahami bahwa meskipun kreativitas tinggi dapat menghasilkan iklan yang efektif, tidak semua perusahaan memiliki sumber daya atau tim kreatif yang memadai. Kekurangan ini dapat menjadi hambatan, terutama untuk bisnis kecil atau pemula dalam pemasaran digital. 

Contoh Penerapan Native Ads

Banyak brand-brand saat ini memilih native advertising sebagai strategi digital marketing mereka. Bahkan dilansir dari StickEarn, banyak brand mengalokasikan 20-30% anggaran marketing mereka untuk menerapkan native ads.

Ada lima brand yang paling banyak menggunakan strategi native ads di Indonesia. Brand tersebut adalah Nissan, English First, Blibli, dan Sale Stock. Berikut contoh penerapan native ads dari keempat brand tersebut.

1. Nissan

Nissan menjadi salah satu brand yang banyak menerapkan native ads dalam strategi marketing digitalnya. Dalam penerapannya, Nissan sering berkolaborasi bersama influencer otomotif dan lifestyle untuk membuat konten yang menghibur dan informatif, sehingga tidak terlihat seperti iklan.

Misalnya, influencer yang bekerjasama dengan Nissan membuat konten tentang vlog perjalanan atau tips berkendara menggunakan mobil Nissan.

2. English First

English First merupakan brand lembaga kursus bahasa Inggris yang banyak diminati di Indonesia. Brand ini juga banyak menggunakan strategi digital marketing native ads untuk mengembangkan bisnisnya. 

Salah satu contoh native ads yang sering digunakan English First adalah menerbitkan artikel edukatif tentang materi bahasa Inggris dan tips-tips untuk meningkatkan bahasa Inggris. 

Di akhir artikel biasanya mereka menyisipkan link yang mengarahkan pembaca untuk berkonsultasi dalam meningkatkan skill bahasa Inggris dengan mereka.

3. Blibli

Siapa yang tak tahu Blibli? Platform e-commerce satu ini banyak dikenal berkat strategi native ads yang dijalankannya. Salah satu penerapan native ads yang dilakukan brand satu ini adalah dengan melakukan in-feed ads. 

Blibli banyak memasang iklan di situs web lain yang relevan dengan produk yang dijual di platform mereka. Misalnya, pemasangan iklan produk elektronik yang disisipkan dalam halaman artikel yang membahas tentang elektronik.

4. Sorabel

Selain Blibli, Sorabel juga banyak menggunakan native ads dalam strategi marketing digitalnya. Dalam penerapannya, Brand yang dulunya bernama Sale Stock ini sering mengadakan quizzes and polls, seperti membuat kuis untuk membantu pelanggan menemukan gaya fashion yang sesuai dengan mereka.

Kuis ini tanpa sadar sebenarnya merupakan iklan, karena menyisipkan foto produk-produk yang dijual di platform mereka. 

Optimalkan Native Ads dengan Strategi yang Jitu

Berdasarkan artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi native ads merupakan strategi marketing yang ampuh untuk mengembangkan bisnis Anda. Agar native advertising lebih efektif, pastikan Anda menggunakan strategi digital serta konsep iklan yang kreatif. 

Percayakan penerapan strategi digital untuk iklan yang tepat bersama tim profesional di agensi digital BigEvo. BigEvo Digital Agency berpengalaman dalam penerapan iklan digital yang efektif untuk mengembangkan bisnis.

Selain Digital Ads, Anda juga bisa menggunakan berbagai strategi digital lainnya untuk memaksimalkan kampanye pemasaran. Seperti Programmatic Ads, Social Media Management, KOL Marketing, Digital & Community Activation, Live Streaming, dan masih banyak lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera hubungi tim profesional kami di email team@bigevo.com dan diskusikan kebutuhan Anda akan native advertising serta layanan digital lainnya. Temukan strategi digital yang jitu untuk kebutuhan dan target-target bisnis Anda bersama BigEvo. BigEvo, your trusted digital agency.



Share:



Apa itu Advertising Agency? Ini Perannya untuk Membantu Bisnis Anda
Advertising agency adalah perusahaan yang menyediakan layanan terkait pembuatan, perencanaan, dan pengelolaan kampanye iklan untuk perusahaan atau bra ...
by Izza  |  12 Nov 2024
Google Ads: Pengertian, Manfaat dan bedanya dengan Google Adsense
Google Ads adalah platform iklan online berbayar yang disediakan oleh Google dan punya jangkauan audiens yang lebih luas. Selengkapnya di sini! ...
by Izza  |  02 Aug 2024
Twitter Ads: Pengertian, Jenis, dan Tips Jitu Memaksimalkannya
Twitter Ads adalah layanan iklan berbayar yang disediakan oleh platform Twitter/X, baca selengkapnya di sini. ...
by Izza  |  02 Aug 2024
    Whatsapp BigEvo